Fakhry Ekahandra - Ancaran.Net

Ancaran.Net

Pacinan Ancaran Kuningan West Java

Persib Juara! Ini Cerita Saya:

Penantian selama 19 tahun akhirnya berbuah manis setelah Persib Bandung berhasil mengalahkan tim kuat Persipura Jayapura dalam laga final ISL 2014 yang digelar di Stadion Gelora Sriwijaya pada hari Jum'at tanggal 7 November lalu. Persib akhirnya kembali menjadi juara Liga Indonesia, dan hal ini langsung disambut para Bobotoh secara gegap gempita.

Alhamdulillah saya termasuk diantara ribuan bobotoh lain yang menyaksikan momen tersebut secara langsung. Kebetulan saat final akan digelar saya sedang berdomisili di kota Pekanbaru, jadi saya langsung bergabung dengan teman-teman baru dari Viking Pekanbaru untuk berangkat menempuh perjalanan darat sejauh 750 kilometer ke Palembang demi mendukung tim kesayangan. Dan perjalanan tersebut berbuah manis.

Sayang sekali, jarak yang begitu jauh membuat saya tidak bisa mengajak Fakhry ikut. Fakhry adalah buah hati semata wayang, baru berusia 3 tahun, jadi belum waktunya untuk ikut menempuh jarak yang begitu jauh demi Persib. Sebagai penggantinya, saya membawa Jaket Persib milik Fakhry agar suatu saat --setelah dia mulai mengerti-- saya bisa menceritakan salah satu momen bersejarah yang dialami oleh jaket tersebut.

Jaket Persib Fakhry

Berangkat menggunakan 3 buah mobil hari Kamis pukul 5 sore, kami baru tiba keesokan harinya pukul 10 pagi dan langsung menuju basecamp Viking Palembang untuk bergabung dengan bobotoh lain. Dari sana kami bertolak ke Stadion Gelora Sriwijaya pukul 2 siang dengan dikawal oleh pihak kepolisian.

Sambil menunggu pintu gerbang dibuka, saya berkeliling untuk mencari jersey Persib untuk Fakhry (harus dapat, kalau tidak mamanya Fakhry bisa marah :p ), berfoto-foto ria, berkenalan dengan bobotoh lain, serta mencari teman-teman dari Kuningan. Namun sayang, ternyata Bobotoh dari Kuningan gagal berangkat ke Palembang.

Begitu gerbang dibuka dan saya berhasil masuk setelah sebelumnya berdesak-desakan ria terlebih dahulu, saya langsung terkagum-kagum menyaksikan dominasi warna biru di seluruh tribun. Pemandangan seperti ini tentu saja sudah tidak aneh di Jalak Harupat, tapi ini Palembang, Bung.

Bobotoh berhasil membirukan Gelora Sriwijaya walaupun banyak diantara mereka harus bersusah payah menempuh jarak yang begitu jauh serta resiko yang harus dihadapi. Saya sempat melihat beberapa bus rombongan dari pulau Jawa yang datang dalam kondisi rusak akibat pelemparan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

Yel-yel serta nyanyian dukungan untuk Persib menggema di seluruh penjuru stadion. Melihat Jaya --putra almarhum Ayi Beutik-- memimpin para supporter, langsung mengingatkan saya pada Kang Ayi yang meninggal beberapa bulan lalu. Sayang sekali beliau tidak memiliki kesempatan untuk hadir di sini.

Pertandingan dimulai, dan gol cepat Persipura yang dicetak Ian Kabes langsung membuat kami berteriak kecewa. Rasa gamang memang muncul mengingat lawan yang harus dihadapi adalah tim kuat yang cukup disegani, namun dukungan terus diberikan tanpa henti dari tribun penonton. Gol bunuh diri Imanuel Wanggai kemudian kembali menumbuhkan harapan, apalagi sebelumnya Bio Paulin diusir keluar setelah mendapat kartu kuning kedua.

Namun minus satu pemain dan gol balasan Persib tidak membuat Persipura melemah. Skill individu yang dimiliki para pemainnya tetap mampu mengimbangi bahkan mendesak kubu Persib. Saat Persib berbalik unggul melalui gol M. Ridwan, saya masih belum bisa bernafas lega. Apalagi melihat kelincahan Pahabol yang sering mengacak-acak barisan pertahanan Persib. Kekhawatiran tersebut terbukti, gol Boaz Solossa di menit ke-79 membuyarkan kemenangan yang telah di depan mata serta memaksa Persib meneruskan perjuangannya melalui babak tambahan dan adu penalti.

Dalam drama adu penalti, saya melihat ada beberapa Bobotoh yang memalingkan muka dan tidak berani menatap ke lapangan. Impian selama 19 tahun ditentukan di sini, dan tak terbayangkan bagaimana sakitnya jika ternyata Persib kembali gagal meraih juara. Menit-menit menegangkan kemudian pecah ketika Nelson Alom yang menjadi penendang ke empat dari Persipura gagal mengecoh I Made Wirawan dan kemenangan untuk Persib dipastikan oleh Achmad Jufriyanto.

Gegap gempita, luapan kegembiraan pecah tak terkendali. Ada yang berteriak sekerasnya, meloncat-loncat girang, berpelukan, dan spontan bersujud syukur. Saya justru termangu, berdiri membisu sambil menciumi jaket Persib milik Fakhry yang memang selalu saya pegang sejak pertandingan dimulai. Teriakan kegembiraan baru keluar dari mulut saya ketika beberapa rekan dari Viking Tangerang menarik saya dari belakang dan melibatkan saya dalam selebrasi pelukan massal.

Air mata tertumpah di mana-mana. Di kondisi lain mungkin saya akan tersenyum geli melihat para pemuda bertato dan berdandan "gahar" meneteskan air mata bahkan menangis tersedu-sedu. Tapi kemenangan ini memang sudah sangat dirindukan. Saat menyapu pandangan ke sekitar, tidak ada seorangpun yang matanya tidak basah.

Momen ini akan terus diingat oleh para bobotoh. Tentu kami akan menyambut gembira seandainya Persib juara lagi tahun depan dan di tahun-tahun berikutnya, tapi saya yakin euphoria-nya tidak akan sehebat ini. Penantian selama 19 tahun membuat gelar tahun ini menjadi terasa sangat berharga. Dan sekali lagi, saya sangat beruntung bisa menjadi salah satu saksi yang melihat langsung di Gelora Sriwijaya.

O ya, selain jaket Fakhry, atribut lain yang menjadi "saksi sejarah" adalah kaos yang saya kenakan. Kaos itu adalah pemberian dari Asep --adik saya-- yang sayangnya saat itu tidak bisa hadir ke Palembang karena para Bobotoh dari Kota Kuningan gagal berangkat. Kebetulan di bagian belakang kaos yang dirilis dalam rangka ulang tahun Persib ke-81 tersebut bertuliskan "Jadilah Juara".

Kaos Persib Juara

Sebagai penutup, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman baru saya dari Viking Pekanbaru yang telah memperbolehkan saya untuk ikut dalam tur ke Palembang. Saya juka turut prihatin mendengar kabar adanya Bobotoh yang diserang oknum tidak bertanggungjawab hingga luka-luka dalam perjalanan berangkat dan pulang.

Viking Pekanbaru

Viking Pekan Baru